Just another WordPress.com site

Rhematoid Atritis (RA)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sendi merupakan terjadinya gerakan, tetapi tidak seluruh pertemuan antara tulang dirancang untuk pergerakan. Meskipun penyakit ini dapat menyerang di segala golongan usia, menyerang kedua jenis kelamin, tetapi lebih banyak dijumpai pada wanita( perbandingan antara wanita: pria = 3:1 ) dalam masa subur. Reumatoid artritis timbul dengan frekuensi sekitar 500 kasus pertahun per 1 juta penduduk. Awitan reumatoid artritis biasanya perlahan-lahan. Gejala-gejala konstitusional seperti lelah, demam , hilangnya nafsu makan, dan turunnya berat badan sering kali merupakan gejala-gejala primer yang timbul. Sendi kecil pada tangan dan kaki mungkin terasa nyeri dan kaku. Tetapi perwujudan awal penyakit sangat berbeda-beda. Awitannya mungkin perlahan-lahan , mungkin pula akut dan parah, mengenai banyak sendi.
Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.
Dari segi bentuk, tulang dapat dibagi menjadi: tulang pipa (seperti tulang hasta dan tibia), tulang pipih (seperti tulang rusuk, tulang dada), dan tulang pendek (tulang-tulang telapak tangan, pergelangan tangan). Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkorak (bagian kepala), dan rangka badan. Sendi merupakan hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Beberapa komponen penunjang sendi:
• Kapsula sendi adalah lapisaj n berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya terdapat rongga.
• Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
• Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
• Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
Ada berbagai macam tipe persendian:
Sinartrosis
Sinartrtosis adalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan. Dapat dibedakan menjadi dua:
• Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.
• Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan. Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.
Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat dikelempokkan menjadi:
• Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.
• Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
• Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
• Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
• Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.
Amfiartosis
Amfiartosis merupakan tipe persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
• Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
• Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
B. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskritif dengan studi kepustakaan yaitu dengan membaca, mempelajari dan memahami buku-buku diktat pelajaran dan referensi untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan makalah ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Rheumatoid Artritis adalah kelainan radang kronis yang sering ditemukan , bersifat sistemik, progresif , dan sering menyebabkan gangguan gerak. ( Prof.Dr. Sarjadi,dr. SpPA. Patologi Umum dan Sistemik. 1999. EGC. Jakarta.
Rheumatoid Artritis adalah peradangan yang terjadi pada sendi. ( Pratiwi D.A ,dkk. Biologi. 1996.Erlangga.Jakarta.
Rheumatoid artritis merupakan suatu penyakit sistemik ronis yang ditandai dengan peradangan ringan jaringan penyambut. ( Price,Sylvia Anderson, R.N.Ph.D dan Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi konsep Klinik Proses-proses Penyakit edisi 2. 1991.EGC. Jakarta.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian.
Fungsi utama jaringan penyambung adalah menyokok dan melindungi tubuh dan organ-organ interna. Selain itu, jaringan penyambung mempunyai peran utama dalam menyalurkan nutrisi dan produk sisa dan proses peradangan dan perbaikan yang terjadi dalam jaringan-jaringan yang cedera.
Tiga jenis protein fibrilar yang terdapat dalam jaringan penyambung adalah elastin, retikulin dan kolagen, sedangkan kolagen merupakan jenis protein yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan yanng lain. Ketiga jenis protein ini dapat dibedakan berdasarkan sifat fisik, susunan kimia dan adanya dalam berbagai jenis jaringan penyambung di seluruh tubuh.
Kartilago
Kartilago adalah jenis jaringan penyambung padat yang dapat ditemukan dalam ayau di sekitar sendi dan disebut kartilago artikular.Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
Biasanya pada kartilago artikular tidak ada pembuluh darah dan saraf. Kartilago ini menerima nutrisi dari cairan sendi yang meliputinya atau dari pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi lempeng ujung tulang. Kartilago artikular yang menutupi ujung-ujung tulang berfungsi sebagai bantalan terhadap pergerakan satu tulang pada tulang yang lain.
Tulang-tulang dipersatukan dengan berbagai cara : kapsula , ikat fibrosa , ligamentum , tendon, fasia, atau otot. Pada dasarnya ada tiga jenis sendi. Yang pertama adalah sendi sinartrosis atau sendi fibrosa, sendi yang memungkinkan pergerakan yang terbatas sekali, atau tanpa pergerakan sama sekali, karena adanya zat pengikat antara tulang-tulang yang bersangkutan. Sutura tengkorak merupakan sendi sinartrosis.Jenis sendi kedua adalah sendi kartilaginosa, disini tulang-tulang dipersatukan oleh kartilago. Contohnya sendi jenis ini adalah simfisis pubis dan diskus intervertebralis. Jenis sendi ketiga adalah sendi diartrosis atau sendi sinovial, yang memungkinkan pergerakan yang lebih bebas.
Jaringan sinovial atau sinovium merupakan jaringan penyambung kusus yang menutupi permukaan dalam kapsula sendi dan membentuk suatu kantung. Sinovium menghasilkan cairan sinovial, suatu cairan yangbkental , tidak dapatt membeku dan jernih., yang mengandung kompleks polisakarida. Cairan ini membasahi dan melumasi sendi dan merupakan sumber nutrisi bagi kartilago artikular.
Cairan sinovial normal merupakan cairan yang jernih , kental, dan bewarna jerami. Dalam sendi normal cairan ini relatif sedikit jumlahnya, hanya sekitar 1-3ml. Jumlah sel darah putih cairan tersebut kurang dari 200 sel per mm kubik.Aliran darah sinovial sendi berasal dari tulang subkondral ( dibawah kartilago). Pembulu-pembuluh darah bercabangcabang menjadi pembuluh-pembuluh yang kecil sekali yang memberi suplai darah pada bagian sinovium. Banyak saraf otonomik dan sensorik, tersebar luas dalam ligamenta, kapsula sendi dan sinovium. Terdapat empat dasar gerakan angular sendi :
1. Fleksi yang memperkecil sudut antara tulang atau mendekatkan tulang-tulang.
2. Ekstensi yang meningkatkan sudut yang memisahkan tulang-tulang.
3. Abduksi yang merupakan gerakan menjauhi tubuh.
4. Aduksi yanng merupakan gerakan menuju tubuh.
Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
• Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
• Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
• Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Hubungan tulang yang bersifat diartrosis contohnya adalah sebagai berikut
1. Sendi Peluru
Pada sendi peluru, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan yang lebih bebas dan dapat berporos tiga , misalnya sendi pada gelang bahu dan gelang panggul .
2. Sendi Engsel
Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu, dan ruas antar jari.
3. Sendi Putar
Pada sendi putar, ujung tulang yang satu dapart mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan untuk gerakan rotasi dengan satu poros, misalnya antara tulang hasta dan pengumpil, dan antara tulang atlas dan tulang tengkorak.
4. Sendi Ovoid
Sendi ini memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerak ke kiri dank e kanan, maju mundur, dan muka belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk kedalam suatu lekuk berbentuk elips.misalnya antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.
5. Sendi Pelena / Sela.
Pada sendi ini, kedua ujung tulang membentuk sendi berbentuk pelana dan berporos dua , tetapi dapat bergerak lebih bebas , seperti gerakan orang naik kuda.Misalnya, sendi antara tulang telapak tangan dan tulang pergelangan tangan pada ibu jari.
6. Sendi Luncur ( Sendi Geser)
Pada sendi ini , kedua ujung tulang agak rata sehingga mnimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Contohnya; Sendi anar tulang pergelangan tangan , antar tulang pergelangan kaki, antar tulang selangka, dan tulang belikat.
C. ETIOLOGI
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Kelainan Imunologik; terdiri dari humoral dan Seluler
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Agen Infeksious
D. PATOFISIOLOGI
Pada gangguan ini, inflamasi synovial menghasilkan antigen dan produk-produk inflamasi yang menyebabkan kerusakan kartigo sendi, edema, dan jaringan granulasi (pannus). Pannus membentuk perlengkatan pada permukaan sendi dan menopang struktur-struktur seperti : ligamen dan tendon menyebabkan kontraktur yang mendegrasi struktur dan mobilitas sendi. Arthritis simetrik bilateral menyerang sendi diatrodial tetapi paling sering melibatkan tangan, pergelangan tangan, lutut dan tungkai.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

PHATWAY RHEUMATOID ARTHRITIS FACTOR
Genetic predisposition(HLA type)

T-cell-mediated immune respone

Rheumatoid factor antigen atau Ig G Interaction

Complement fixation

Inflamatory respone angiogenesiss in synovium
Chitokine
Production
TNF,IL-I
Recruitment of inflamatory cells synovial proliferation

Release of enzymes and prostaglandins ponnus invasion

Destructipn of articular cartilage and underlyng bone

Deformitas

(Carol Mattson Porth, Essentials Pathophysiology Concepts of altered health states, second edition.)
E. TANDA DAN GEJALA
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gambaran ekstra-artikuler
• Nodulus reumatoid subkutan
• Anemia
• Limfadenopati dan splenomegali
• Perikarditis
• Mata dan mulut yang kering (sindrom Sjoogren)
• Uveites dan skleritis
• Vaskulitis , terutama jari dan tempat kuku
• Perubahan paru (nodulus , fibrosis interstisial , penyakit obstruksi saluran napas)
• Amiloidosis
Nodulus reumatoid subkutan terjadi sekitar sepertiga penderita penyakit rematoid, sebagian besar darinya merupakan kasus yang berat dan progresif. Secara khas, penyakit ini mengenai permukaan ekstensor dari lengan bawah , dan sedikit pada bagian dorsal kaki. Lokasi ini memberikan sugesti bahwa trauma tak sengaja yang terjadi setiap hari membantu terjadinya kelainan ini. Ukuran nodulus berfariasi biasanya antara 20-40 ml pada diameter yang maksimum. Struktur histologisnya ditandai oleh daerah tengah kolagen nekrotik yang dikelilingi oleh fibroblas palisade dan makrofag. Diperkirakan bahwa vaskulitis komplek imun merupakan penyebab dari pembentukan nodulus reumatoid. Kadang-kadang pada penderita tanpa adanya penyakit reumatoid mempunyai lesi subkutan soliter dan gambaran mikroskopis yang serupa, dan beberapa kelainan kulit yang jarang, seperti granuloma anuler, mempunyai sesuatu gambaran histologisnya mirip.
Banyak penderita reumatoid secara klinis mempunyai limfadenopati yang jelas. Pada sebagian penderita llimpa dapat di raba , penyakit reumatoid merupakan salah satu penyebab terjadinya splenomegali. Pada penyakit reumatoid sering ditemukan perikarditis fibrinosa radang kronis dan kadang-kadang terbentu granuloma radang kronis di dalam miokardium.
Patologi pulmoner yang luas ialah pembentukan nodulus reumatoid dalam perenkim paru dan fibrosis interstisial kronis. Infiltrat radang kronis dapat terbentuk dalam kelenjar larimal dan salifarius , yang menyebaban berkurangnya produsi air mata dan saliva. Akibatnya mata dan mulut kering yang sering menetap dan iritasi. Uvelitis dan skleritis merupakan nmanifestasi okuler yang penting dari penyakit reumatoid. Traktus uvea seperti ulit, glomerulus ginjal dan sendi mempunyai aliran darah yang tinggi perunit masa jaringan dan ini aan membantu deposisi dari omple imun kemudian terjadi reaksi radang.Vaskulitis merupakan gambaran yangg buruk dan mempunyai prognosis buruk. Secara klinis ini jelas terlihat pada jari-jari, terutama pada tempat tertanamnya kuku. Penyakit iatrogenik sering dijumpai pada reumatoid artritis sehingga saat ini , steroid digunakan secara ekstensif untuk pengobatan sindrom cushing.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
• Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
• Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
• LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
• Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
• SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
• Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
• Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
• Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
• Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
• Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
• Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
G. KOMPLIKASI
a. mengalami kecacatan.
b. Pembengkakan sendi
c. Deformitas dan vaskulitis pada penyakit reumatoid.
d. Skleritis. Radang menyebabkan terjadinya penipisan jaringan ikat sklera mengakibatkan terlihatnya pigmentasi koroid dibawahnya.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
• Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
• Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
• Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)
• Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
• Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
• Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rematoid Artritis merupakan kelainan radang kronis yang sering ditemukan , bersifat sistemik, progresif dan sering menyebabkan gangguan gerak. Penyakit rematoid arthritis terdapat 3 stadium yaitu : stadium sinovisis, stadium destruksi, stadium deformitas.Dan tanda dan gejala yang timbul adalah : nyeri persendian, bengkak, kekakuan pada sendi, demam, anemia, berat badan turun, dan kekuatan berkurang. Komplikasi dari reumatoid artritis adalah
a. mengalami kecacatan.
b. Pembengkakan sendi
c. Deformitas dan vaskulitis pada penyakit reumatoid.
d. Skleritis. Radang menyebabkan terjadinya penipisan jaringan ikat sklera mengakibatkan terlihatnya pigmentasi koroid dibawahnya.

DAFTAR PUSTAKA
J.C.E. Underwood ; editor edisi bahasa Indonesia,Sarjadi-Ed.2. Patologi Umum dan Sistemik Vol 2. 1999.EGC.Jakarta.
D.A. Pratiwi ,dkk. Biologi. 1999. Erlangga. Jakarta.
Price,Sylvia Anderson, R.N.Ph.D dan Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi konsep Klinik Proses-proses Penyakit edisi 2. 1991.EGC. Jakarta.
Porth, Carol Mattson. Essentials Pathophysiology Concepts Of Altered Health States second edition.2007.

Tinggalkan komentar